Temen-temen gue emang dodol, tapi gue seneng kok punya temen kaya’
mereka. Kedodolan mereka kadang bisa menjadi pengobat luka dan duka
bagi gue. Saat gue sedih, saat gue susah, dan saat gue gundah.
Meskipun dodol, sebenarnya hati mereka baik dan santun, gemah ripah
loh jinawi kalau kata Mas Gola Gong. Liat aja Bejo yang selalu jalan
menunduk, atau Umar yang rajin mengaji.
Mereka juga tidak pernah mempermasalahkan asal-usul gue. Meskipun gue
asli USA, tapi mereka bersedia dengan senang hati mengajak gue dalam
perayaan 17 Agustus. Taukan…? Perayaan yang di lakukan dalam satu
tahun sekali oleh rakyat Indonesia dalam rangka menyemarakkan hari
kemerdekaan negaranya. Padahal gue bukanlah warga Indonesia, yang
berjuang membebaskan Indonesia dari penjajahan juga, bukan nenek
moyang gue. Jadi sebenarnya gue sama sekali ngga pantes untuk
merayakan hari kemerdekaan Indonesia ini. Tapi apa kata mereka;
“Kata siapa nenek moyang ente ngga ambil andil dalam pembebasan
Indonesia? nenek moyang ente yang di belanda telah ambil andil cukup
besar bagi kebebasan Indonesia, Frank! Banyak menir-menir belanda
yang mati di ujung taring nenek moyang ente yang di belanda. Dan hal
tersebut secara tidak langsung memengaruhi kekuatan kompeni yang ada
di Indonesia sini.” Oh, Umar… demi menjaga perasaan gue, lo rela
mencari dalih yang begitu menakjubkan. Gue jadi terharu!
Dan benar aja, pada saat perayaan tujuh belas Agustus, ternyata nama
gue udah terdaftar dalam beberapa perlombaan, diantaranya adalah;
pukul kendi, panjat pinang, dan futsal. Semua peserta perayaan adalah
para setan dari berbagai jenis dan ras. Tidak salah kalau Indonesia
mendapat julukan Bhineka tunggal ika. Lihat aja semua setan yang
berkumpul disini, semuanya beragam, namun tetap menjunjung tinggi
asas satu tanah air.
Lomba pertama adalah lomba makan kerupuk. Lomba yang sudah sangat
sepuh dalam perayaan 17 Agustusan, di seluruh sudut indonesia pasti
ada lomba semacam ini. Pesertanya ada sekitar 20 setan. Diantara para
setan tersebut terselip temen-temen gue, yaitu Bejo dan Umar. Semua
perlombaan diadakan dalam satu putaran, kecuali lomba futsal. 20
kerupuk sudah berjajar rapi sesuai dengan jumlah peserta lomba.
Lonceng tanda lomba dimulai berbunyi. Para peserta semuanya
bersemangat, gue yang cuma nonton hanya bisa menyoraki Umar dan Bejo,
sebab diantara penghuni kos-kosan setan hanya mereka berdua yang
mengikuti perlombaan ini. Kasian Umar, tubuhnya yang kecil dan
mulutnya yang mungil membuatnya kesusahan menggapai kerupuk yang di
gantung dengan tali rapia tersebut. “Umar, Umar, Umar!” gue
menyemangati Umar dari bangku penonton. Yes, akhirnya Umar berhasil
meraih gigitan pertamanya. Eh, tapi apa yang dia lakukan. Dasar tuyul
alim, begitu berhasil mendapatkan gigitan pertama, ia langsung duduk.
Setelah kerupuk di mulutnya habis, barulah ia mulai menggapai kerupuk
lagi.
Oh, beruntung sekali Bejo, begitu berhasil meraih kerupuk, ia
langsung melahap kerupuk dalam sekali gigitan. Dahsyat, bo! Memang
tidak heran bila melihat ukuran mulut Bejo yang besar dan lebar.
Akhirnya Bejo menjadi juara satu dengan juara dua dan tiganya adalah
genderuwo dan buto ijo. Semua pemenangnya adalah setan yang dalam
ukuran tubuh termasuk besar. Sedangkan Umar, semua kandidat sudah
selesai, dia baru makan tiga gigit, hihihi…
Saat Umar telah selesai melahap semua kerupuknya, gue tanya kenapa
tadi dia berkali-kali duduk. Dia jawab dengan bijaknya “Sesungguhnya
setan itu makan sambil berdiri. Kalau kita tidak ingin disamakan
dengan setan, maka makanlah sambil berbaring. (Hadits Riwayat Abu
gosok) #hadits dhoif.
“Terus kenapa tadi lo makannya duduk?” tanya gue masih penasaran,
soalnya kan kalau dia ngga mau disamakan dengan setan, harusnya dia
makan sambil berbaring, dong.
“Ane kan setan! Ente lupa, ya?”
“Ugh… terus kenapa ngga sekalian aja lo makan sambil berdiri?
Setan kan makannya sambil berdiri.”
“O iya ya, ane tadi ngga kepikiran sih!” ugh… dasar tuyul
dodol.
Dan setelah itu adalah lomba pukul kendi. Gue yang udah di daftarin
sama temen-temen gue, di tutup matanya. Setelah di putar-putar, kami
di suruh untuk memukul kendi berisi air yang ada di hadapan
masing-masing peserta. Gue udah berhasil memecahkan kendi dari
plastik tersebut, namun pas gue buka penutup mata, ternyata sudah ada
tiga pemenang yang menjadi juara satu, dua dan tiga.
Yang menjadi juara satu adalah setan kepala buntung, juara dua
adalah setan tanpa mata, dan juara tiga adalah setan si buta dari goa
hantu. Pantes aja mereka menang, mereka kan sudah terbiasa berjalan
tanpa melihat. Percuma aja mata mereka di tutup, toh mereka semua
ngga punya mata. #ah… udah kalah, ngeles lagi. Udah
terima aja kekalahan. Hah biarlah, yang terpenting kan adalah
semangat perjuangannya, bukan hadiahnya, hehehe… #huh,
ngeles lagi, ngeles lagi!
Setelah itu ada lomba balap karung, beberapa setan berkompetisi
mendapatkan juara satu, dua, dan tiga. Dan ternyata yang mendapatkan
juara satu, dua dan tiga adalah satu jenis setan, yaitu setan pocong.
Ini pun adalah hal yang wajar, sebab pocong biasa jalan di dalam
karung kafan. Kurt menjadi juara satu, soalnya jangankan
loncat-loncat pake kaki, loncat pake kepala aja dia bisa. Dan yang
menjadi juara dua dan tiga adalah kenalan Kurt sesama pocong. Dan di
lomba balap karung ini, kandidat yang paling apes adalah suster
ngesot. Kasihan dia, ngesot-ngesot dengan seluruh badan masuk ke
dalam karung. Sungguh tragis…
Selanjutnya adalah lomba joget balon. Semua anggota kosan setan ikut
lomba ini. Kurt tampak sangat bersemangat sebab dalam lomba ini akan
di putar musik. Namun karna Kurt ngga bisa joget selain
loncat-loncat, jadilah ia yang paling pertama kalah, di susul oleh
Umar yang berpasangan dengan Bejo. Kasian Bejo, jogetnya harus
nunduk-nunduk gitu, hihihi... Hingga
akhirnya gue dan pasangan gue, kuntil anak, berhasil menyabet juara
pertama.
Setelah itu adalah lomba per kelompok. Lomba pertama adalah lomba
panjat pinang. Kelompok gue adalah temen-temen gue di kosan setan.
Peraturannya sama aja dengan peraturan panjat pinang di dunia
manusia, tapi dilarang terbang demi menjunjung
tinggi nilai demokratis. #cieileh… setan kok
belaga demokratis. Sebab kasian bagi setan yang ngga bisa
terbang.
Akhirnya kami memutuskan Bejo berada di pondasi paling bawah. Di atas
Bejo akan di angkat Kurt di atas kepalanya. Tadinya Kurt mau di
letakkan di atas bahu, namun berhubung Kurt ngga bisa ngangkang,
jadilah Kurt di letakkan di atas kepala Bejo. Diatas Kurt ada gue,
dan yang paling atas adalah Umar, sebab dia yang paling enteng dari
segi berat tubuh maupun dari segi dosa.
Sebenarnya kami bisa meraih banyak hadiah dalam lomba panjat pinang
tersebut kalau saja Kurt tidak berkali-kali terpeleset dari kepala
Bejo. Namun akhirnya dengan di iringi doa, Umar berhasil nyangkut di
puncak pinang. Oh, Umar… sungguh gagah engkau di atas sana sembari
mengibar-ngibarkan bendera merah putih. Kami bersorak sorai. Banyak
sekali yang kami dapat. Umar melemparkan banyak sekali barang. Ada
motor, mobil, bahkan rumah. #lebay… $dusta…
Kami yang ada di bawah menangkap barang yang di lempar Umar. Gue
dapet motor, Bejo dapat mobil, dan Kurt dapet benjol, hihihi…
soalnya waktu Umar ngelempar rumah, Kurt ngga bisa nangkep pake
tangan, terpaksa dia nangkep pake kepala, dan alhasil terciptalah
benjol di kepalanya. Kok di lempar rumah cuma benjol, bukannya mati?
ya iya, lah. Kan rumah-rumahan. Bejo dan gue juga cuma dapet
motor-motoran dan mobil-mobilan, hehehe… pliiis…
Dan lomba yang terahir adalah lomba futsal. Tapi ini adalah lomba
yang paling mengecewakan bagi seluruh anak-anak kosan setan. Gimana
ngga? Semuanya kacau. Mau tau kenapa? Banyak banget penyebabnya.
Yang pertama adalah karna kipper kami adalah Umar. Gimana ngga
kebobolan kalau kipernya imut-imut kaya’ gitu. Setiap tendangan
yang berhasil dilesakkan ke gawang kami, pasti akan masuk. Apes…
apes…
Belum lagi bek kami adalah si Bejo. Emang sih badannya pas banget
buat jadi bek, besar dan bertenaga. Tapi pas ngelihat ada kepala
buntung dan sinder bolong menerobos menuju gawang, dia langsung
ngacir ketakutan. “Tolong ada kepala buntung maen bola… tolong…”
Nah, bisa kebayang kan apa yang terjadi. Bejo terlewati, dan yang
tersisa hanyalah kipper cebol yang cuma bisa tawakkal, berserah diri
pada Allah.
Dan di lini depan ada gue dan Kurt. Satu dua setan berhasil gue
lewati, hingga pada saat gue berada tepat di depan gawang, gue
mengoper bola untuk di masukkan oleh Kurt. Dan apa yang terjadi
teman-teman…? Ternyata Kurt menendang dengan kedua kakinya. Dasar
apes, jadilah ia jomplang dan ditertawakan banyak setan.
Dan hasil akhir dari futsal tersebut adalah 10-1, sepuluh untuk tim
lawan, dan satu untuk kami. Satu itu pun adalah hasil jerih payah gue
seorang diri. Akhirnya kami tidak bisa melanjutkan ke pertandingan
berikutnya. Tapi ngga apa-apa, setidaknya kami udah cukup banyak
menggondol hadiah. Lagipula kan yang terpenting bukanlah hadiahnya,
melainkan semangat juang kita.
Tapi di antara kami semua, ada satu setan yang ngga dapet juara sama
sekali. Ya! Umar si tuyul pulang dengan tangan hampa. Saat gue tanya
mengapa ia ngga bisa memenangkan satu pertandingan pun, ia menjawab;
“itu semuanya emang bukan keahlian ane, Frank. Ane tu keahliannya
baca Quran. Ane ada usul nih! Gimana kalau 17-an besok kita yang jadi
panitia dan kita adakan lomba baru?”
“Lomba apa?” tanya gue dan temen-temen lainnya, kompak.
“Lomba tahfidz Quran. Ane janji ane ngga bakal kalah!” huh, gue
udah duga sebelumnya.
“Ngga usah janji juga gue udah yakin lo yang bakalan menang. Gimana
lo bisa kalah kalau pesertanya lo sendirian?” protes Kurt.
“Justru itulah tujuannya, Kurt. Kalau kita adain lomba tahfidz,
otomatis kan pesertanya cuma ane sendirian. Dengan begitu ane bisa
menang tanpa tanding. Hebat kan temen-temen?” ugh… dasar Kurt,
polos banget sih lo?
“Wah iya juga, ya! Bener itu, Frank! Umar bisa menang tanpa
tanding. Kalau begitu, 17-an besok kita adain lomba tahfidz aja,
Frank!” Bejo, Bejo. Kapankah engkau akan berfikir lebih dewasa
duhai grandong brondong.
0 komentar :
Posting Komentar