Di sini ada setan

Disini ada setan.


Malam itu anggota kos-kosan setan sedang dalam kondisi BT abiez. Taukan? Itu loh, Boring Total. Kondisi di mana tidak ada hal seru yang dapat di lakukan selain tidur-tiduran ngga jelas di sofa. Ya, seperti kondisi kosan setan saat ini. Lihat aja apa yang terjadi pada seluruh penghuninya.
Gue cuma bisa lenyeh-lenyehan di sofa sambil melihat tingkah temen-temen gue yang nggak karuan, cuma Umar yang bisa duduk manis di temani Al-Quran kesayangannya. Untung dia udah maklum untuk tidak mengeraskan suaranya saat membaca Al-Quran, soalnya kalau dia mengeraskan bacaan Qurannya, itu artinya dia akan mempercepat perjalanan kami menuju neraka, hihihi… #udah tau mau masuk neraka kok malah hihihi… dasar makhluk ngga takut dosa!
Sedangkan dua temen gue yang lainnya, Bejo dan Kurt, tingkah mereka benar-benar bisa memperburuk citra para setan. Lihat saja Bejo yang mengumpat-umpat di belakang lemari di sudut ruangan itu, penyebabnya hanya karna dia ketakutan melihat kelakuan Kurt. Heh, Bejo… Bejo.
Gue lirik apa yang sebenarnya sedang di lakukan Kurt. Oh, tidak… tadinya gue kira dia cuma lompat-lompat biasa. Rupanya dia sedang lompat-lompat luar biasa sambil mendendangkan lagu American Idiotnya Gren Day. Tau ngga kenapa gue bilang lompat-lompat luar biasa, soalnya dia itu lompat-lompatnya ngga seperti pocong pada umumnya yang melompat masih menggunakan kedua kakinya. Bayangin aja, masa dia loncat-loncat pake kepala sambil mendendangkan lagu American Idiot. Gimana Bejo ngga ketakutan? Dasar Kurt idiot!
Tapi emang bejonya juga sih yang terlalu over. Dia tu penakut banget. Masa kalau baru bangun tidur dan tiba-tiba ngeliat Kurt, dia bakal teriak-teriak kaya’ setan kesetanan #hihihi… setan kok makan setan? “Tolong… ada pocong. Mamak, tolong anakmu ini!” ujarnya tidak sadar siapa dirinya. Memang dia itu kalau baru habis bangun tidur, suka lupa siapa jati dirinya sebenarnya.
“Lo ngga BT apa, Mar?” gue melirik ke arah Umar yang sedang asyik dengan Qurannya. Dia menggeleng, dan bertanya balik. “Ente BT?” di tanya begitu gue langsung saja mengangguk. Eh, dia malah ceramahin gue; “Kalau ente BT, itu artinya ente sedang bosan, dan tanpa ente sadari sebenarnya ente sedang Butuh Tausiyah. Cobalah sekali-kali ente baca AL-Quran, biar tenang hati ente, Frank!” uh, nyesel gue udah nanya.
Tapi tiba-tiba gue teringat akan film bagus yang rencananya akan di putar malam ini di tivi. Baguslah, kebetulan gue juga lagi malas ke mal untuk nonton bioskop. Gue nyalain tivi dan mencari stasiun swasta yang biasa menayangkan film horror. Wah, ternyata filmnya belum mulai, yang ada malah sebuah film reality show. Tapi gue yakin setelah ini film yang gue tunggu-tunggu bakalan mulai, soalnya sudah ada peringatan di pojok kanan atas yang menyatakan film setelah ini adalah film; mereka ada di mana-mana. Sebuah film yang menceritakan bahwa makhluk gaib itu bisa ada di mana-mana, termasuk di rumah kosong yang sekarang di jadiin kosan khusus setan oleh Tante Tina ini. Lumayanlah, gue jadinya ngga perlu nyeret-nyeret Bejo ke bioskop.
“Harap bersiap-siap, bioskop trans Jakarta #jurusan mana ni, bang? segera dimulai.” Ah… akhirnya film horror tersebut akan segera di putar. Kurt yang sedari tadi loncat-loncat dengan kepalanya berhenti demi mendengar panggilan tersebut, begitu pula dengan Umar dan Bejo, mereka menghentikan aktifitas masing-masing.
“Film apa, Frank?” tanya Kurt.
“Film horror Indonesia. Judulnya mereka ada di mana-mana. Eh, Jo, tolong matiin lampu donk. Biar lebih berkesan seperti di bioskop.” Pinta gue pada Bejo yang berada di belakang lemari di sudut ruangan, kebetulan ia lebih dekat dengan tombol lampu ruangan ini.
“Jangan ah, Frank. Yang ada bukannya berkesan seperti bioskop, tapi seperti di kuburan.” Bejo gemetaran di belakang lemari. Ketakutan. Ugh… apa boleh buat, gue ngga bisa memaksakan kehendak gue pada Bejo. Terpaksa gue sendiri yang mematikan lampu ruangan, hu hu hu…
Saat film sudah di putar, suasana berubah jadi hening. Selama film berlangsung, tidak ada seorang pun yang berkedip. Bahkan Bejo yang paling penakut sekalipun sesekali mengintip dari celah jari-jemarinya. Hihihi… nanti malam dia pasti minta anterin kalau mau pipis.
Cklek! Lampu kembali di nyalakan sebab film horror tersebut telah selesai. Cukup menegangkan, bahkan bisa di bilang lebih seram daripada di bioskop. Ngga percaya? Coba aja datang ke kosan gue dan nonton film horror di temani pocong, tuyul, fampir, dan grandong yang bersembunyi di belakang lemari. Berani ngga lo, hihihi… jangan tawa! Gue ketawa bukan pengen buat lo ketawa, tapi gue ketawa pengen buat lo merinding. Bingung gue ngelihat manusia jaman sekarang. Ada setan ketawa kok bukannya kabur, malah ikutan ketawa? Sedeng!
Film tersebut berkisah tentang tiga orang sekawan yang tinggal dalam sebuah kosan angker di sudut kota. Pada suatu malam pemuda pertama melihat bayangan tinggi yang berkelebat di jendela kamarnya. Dan pada hari ke dua, giliran pemuda ke dua yang melihat sebuah bayangan besar di sudut kamarnya. Dan pada hari ke tiga pemuda ketiga lah yang mengalami hal aneh, pada saat ia sedang mengaji, ia mendengar suara-suara rintihan, dan pada saat ia menghampiri sumber suara tersebut, ia tidak melihat siapa-siapa. Dan pada hari keempat, ketiga pemuda mendengar ada yang mandi di kamar mandi mereka. Dan saat pintu di buka, ternyata tidak ada siapa-siapa di dalamnya, hanya kran air yang masih menyala, hi… jadi merinding.
Setelah selesai menonton, kami kembali ke kamar masing-masing. Gue udah lenyeh-lenyehan di kasur, bersiap untuk bobok. Tapi tiba-tiba pintu diketuk. Tok tok tok… huh, siapa sih malem-malem gini ngetok-ngetok pintu kamar. Ngerepotin banget. Atau jangan-jangan… setan! Ah, mana mungkin…
Zaman sekarang kok masih percaya yang begituan. Gue sebagai fampir yang modern ngga boleh percaya dengan yang namanya setan. Ngga boleh percaya sama pocong, grandong, tuyul, apalagi sama fampir. Ya, gue sebagai fampir yang modern ngga boleh percaya sama fampir. Sepertinya ada yang ganjil, deh. Tapi apa, ya…? Ah bodo amat. Yang penting sekarang gue harus bukain tu pintu. Siapa tau dia sedang sangat membutuhkan pertolongan gue. Tapi ngomong-ngomong gue kok jadi merinding, ya? Ah, perasaan aja!
Gue bukain pintu, dan ternyata. Oh, no… help me… disini ada setan! Tolong temen-temen, gue ngelihat setan beneran. Sesosok tinggi besar dengan wajah menakutkan sudah berdiri dengan garangnya di depan gue. Oh, no… apakah dia akan mengubur gue hidup-hidup?
“Franky…” oh… dia memanggil nama gue. Suaranya menggelora memenuhi ruangan kamar gue. Gue beraniin untuk melihat wajahnya. Dan ternyata… oh my God, sesosok makhluk berbentuk grandong menatap mata gue, hik hik hik… teman-teman, bila gue mati nanti, tolong kabarkan pada keluarga gue di Las Vegas kalau gue mencintai mereka. Mom and Dad, aku mencintai kalian… maafkan anakmu ini bila selama ini selalu menyusahkan kalian.
Eh, tapi tunggu dulu. Apa tadi? Grandong! Sepertinya gue kenal deh! gue tatap kembali makhluk di depan gue. Astagfirullah, ugrh… augr… aduh gue keleposan, tolong akyu… panas! Huh huh huh… sial ternyata yang ada di depan gue adalah Bejo si grandong. Sial, tapi kok gue tadi ketakutan gitu, ya? Eh, tapi tadi gue ngga ketakutan kok. Sumpah! Gue tadi cuma ngikutin aksyen artis di film horror tadi. #dusta! Apakah kau lupa siapa yang titip salam ke Mom and Dad, duhai fampir tengil? Lagipula ngapain juga gue takut sama setan? Gue sendiri kan juga setan!
“Frank, tolongin gue, Frank!” ujar Bejo sambil ngos-ngosan. “Gue mengalami kejadian yang sangat menyeramkan Frank!” lanjutnya sambil sesekali menarik napas.
“Udah, udah. Sekarang lo duduk aja dulu. Tenangin dulu diri lo. Coba tarik napas!” gue mengomandoi Bejo untuk menenangkannya. Hemp… Dia tarik napasnya dalam-dalam. “Keluarkan...” Huf… suara dengusan udara dari hidung Bejo sampai ke telinga gue. “Tarik napas!” hemp…. “Keluarkan…” huf… “Tarik napas!” hemp… “Di tahan sebentar. Keluarkan…” huf… “Tarik napas!” hemp… “Di tahan sebentar!” hemp… “Oke, tahan terus. Tahan. Tahan. Oke, jangan di keluarkan!” hihihi… #gila ni fampir, percobaan pembunuhan!
“Gila, lo. Lo bukannya nenangin gue, malah mau bunuh gue.” Bejo ngomel-ngomel, hihihi… anggap saja itu balasan karna dia udah bikin gue ketakutan tadi. Eh, tunggu-tunggu, tapi tadi gue ngga ketakutan kok, suwer tekewer-kewer gue ngga bohong. Tadi itu gue cuma aksyen doang kok!
“Ya, udah, sekarang coba lo ceritain apa yang terjadi. Siapa tau gue bisa ngebantu.”
“Jadi begini, Frank…” Bejo memulai ceritanya dengan suara agak di kecilkan. Mencoba memberi efek menegangkan. “Sehabis menonton tivi di ruang tamu tadi, gue kembali ke kamar.” Gue mengangguk-angguk tanda simpati. “Lalu saat gue masuk kamar, gue melihat cermin. Dan di dalam cermin itu ada…” Bejo memperlambat ritme suaranya. “Ada… ada… ada…”
“Ada grandong!” potong gue.
“Loh, lo kok bisa tau sih Frank? Lo ngelihat juga, ya?”
“Iya. Dan sekarang grandong tersebut ada di sini!”
“Hah. Ada di sini. Di mana, Frank?” tanyanya cemas.
“Elo, bego…!” gue jitak kepalanya supaya tambah cerdas kaya’ gue. #dasar fampir narsis.
“Eh, iya ya, Frank. Gue kan grandong ya, Frank. Kok gue bisa ketakutan gitu, ya, ngeliat muka gue di cermin?” ya ampyun… ternyata dia baru nyadar. Dasar grandong telme.
“Ya udah, sekarang mendingan lo balik dah ke kamar lo!” ujar gue setengah mengusir. Dan dia balik ke kamarnya sambil cengar cengir. Huh, dasar grandong dodol. Masa ngelihat bayangan sendiri di cermin, ketakutan. Tapi bukan salah dia juga sih, mukanya kan emang ancur banget. Jadi ngga heran kalau dia trauma melihat wajahnya di cermin. Ngga kaya gue ini, yang punya tampang Eropa punya. Gue pandang cermin dan tersenyum pada diri gue sendiri. Muach… I love you Franky…
Gue kira setelah kejadian tersebut, gue bisa tenang. Ternyata gue salah. Tepat pada jam satu malam, Bejo bangunin gue lagi. Katanya kali ini dia ngelihat ada bayangan hitam tinggi yang berkelebat di balik jendelanya, persis seperti yang ada dalam film horror tadi malam. Gue sebagai fampir yang modern tentu ngga percaya. Lagipula gue yakin kalau itu emang perasaan Bejo aja, diakan emang dasarnya penakut.
Tapi pada malam besoknya, giliran Kurt yang mendatangi gue dan mengaku melihat bayangan hitam besar di sudut kamarnya. Dan keesokan harinya lagi, giliran Umar yang mengalami hal aneh, pada saat ia sedang mengaji, ia mendengar suara-suara ketakutan. Dan saat di dekati, suara tersebut hilang begitu saja. Padahal gue ada di dekat Umar waktu itu, tapi hanya Umar yang mendengarnya. Apakah mungkin Umar berbohong? Tidak mungkin, itukan cirri-ciri orang munafik yang paling di benci Umar.
“Jadi sekarang ane punya kesimpulan ni, Frank!”
“Apa?”
“Kosan ini dihuni setan!” dodol! Apa dia ngga nyadar apa, kalau dia itu juga setan? Ngga usah di kasih tau juga, gue udah tau kalau kosan ini di huni oleh setan. Tapi sepertinya bukan hanya empat setan dodol ini saja yang menghuni kosan ini. Ah, tapi gue belum mengalaminya sendiri, ngapain juga harus percaya?
Lalu pada keesokan harinya, saat gue sedang kebelet mau pipis, gue denger di dalam kamar mandi ada orang lagi mandi. “Kurt… elo di dalam?” tanya gue sambil gemeteran.
“Eh, Frank. Ngapain lo manggil-manggil gue?” tiba-tiba Kurt muncul di belakang gue bersama Bejo dan Umar. Berarti yang ada di dalam sini…? Gue buka pintu perlahan. Ngga di kunci. Dan ternyata di dalam kamar mandi tersebut ngga ada siapa-siapa. Kosong. Hanya kran air yang masih terbuka. Persis seperti dalam film, khi khi khi…
Gue termangu kaku.
“Kenapa ente, Frank?”
“Tadi di sini ada yang mandi. Tadinya gue kira Kurt. Tapi Kurt tiba-tiba ada di belakang gue sama lo-lo pada. Dan pas kamar mandi gue buka, ternyata… kosong!” seluruh setan yang berada di situ terdiam. Mengapa kisahnya mirip sekali dengan film horror beberapa hari yang lalu? Mulai hari itu kami mulai waspada. Kalau malam-malam kami ngga pernah ke kamar mandi sendirian. #dasar setan penakut!
Hingga pada suatu hari, ada gosip baru. Mereka bertiga katanya melihat sesosok bayangan hitam yang berterbangan di dalam kamar gue, khi khi khi… tapi tunggu dulu. Itukan ngga aneh. Kalau ada bayangan hitam yang berterbangan di dalam kamar gue, itu pasti gue! Dasar setan-setan dodol. Jangan-jangan kejadian selama ini juga hanya kesalah pahaman.
Tunggu dulu. Kata Bejo malam-malam setelah ia menonton film horror tersebut ia melihat bayangan tinggi berkelebat di jendela kamarnya. Bayangan tinggi! Mungkinkah Kurt? “Coba Kurt, apa pada malam saat Bejo melihat bayangan berkelebat di jendelanya, lo ada keluar kosan?” tanya gue mengintrogasi.
“Kok, lo bisa tau sih? Pada malam itu gue emang ngga bisa tidur. Jadilah seperti biasanya gue loncat-loncat muterin kosan sambil dengerin MP3.” Ah, sesuai dugaan, pasti yang di lihat Bejo itu bayangan Kurt.
Lalu bayangan besar yang di lihat Kurt! Diantara setan yang paling besar di sini adalah Umar! Oh, maaf sodara-sodara… maksud gue Bejo, kalau Umar adalah setan yang paling kecil mungil. “Coba, Jo. Apa lo pernah masuk kamar Kurt pada keesokan hari setelah lo ngelihat bayangan hitam di jendela kamar lo?”
“Pernah! Waktu itu gue takut kalau gue bakalan ngeliat bayangan itu lagi. Jadinya gue pengen nginep di kamarnya Kurt. Eh, gue malah liat pocong #emangnya lo kira Kurt apaan? Ya udah, terpaksa gue merengket di pojok ruangan sambil gemeteran.” Jawab Bejo polos.
Ya ampun Bejo… kalau tau begitu kenapa waktu Kurt ceritain kalau dia ngeliat ada bayangan hitam besar di kamarnya, lo diam aja? Dasar oon, kalau tau begitu kejadiannya, gue ngga akan pernah minta anterin kencing kalo ke kamar mandi malem-malem.
“Oh, iya ya… kenapa gue ngga kasih tau Kurt kalau itu gue, ya?” ya ampuuun… dasar telme.
Ya sudah lah, berarti tinggal persoalan ada suara orang ketakutan saat Umar sedang mengaji. Eh, kalau ngga salah itu kan suara gue, Bejo dan Kurt yang merintih kesakitan saat Umar sedang baca surat Al-Fatihah, soalnya waktu itu Umar lagi bersemangatnya sampai lupa membaca dalam hati. Dan pada waktu ia mendekati suara gue yang sedang merintih, ia berhenti membaca Al-Fatihah, hingga kami diam dan ia melihat kami bertiga, lalu langsung menceritakan tentang suara yang di dengarnya itu. Dasar oon, kenapa gue ngga nyadar kalo itu suara gue yang sedang merintih kapanasan, ya?
Ah… semuanya sudah jelas. Memang kami saja yang terlalu negative thingking. Kami berempat kembali ke kamar masing-masing. Tapi pada saat gue melewati kamar mandi, gue inget sesuatu.
“Teman-teman… tunggu dulu. Ada yang ganjil!” pinta gue terburu-buru.
“Ada apa sih, Frank?” tanya Kurt heran.
“Kalau selama ini yang kita kira setan ternyata adalah kita-kita juga, lalu yang ada di kamar mandi itu siapa…? Kita semua kan ada di TKP saat itu!” ang ing eng. Semua terdiam. Jantung gue dag dig duk mengingat kamar mandi yang tadi gue lewati.
Jadilah kini kami semua terdiam di depan teras kosan dengan tatapan hampa. Pikiran kami kosong, mata kami menerawang menatap langit malam yang kelam. Tapi tiba-tiba.
“Eh, cowok-cowok. Lagi ngelamunin aku, ya!” Tante Tina datang mengagetkan kami. Bejo sudah mengumpat di balik jubahku yang lebar. Aku hampir saja berteriak. “Tolong… ada tante kunti!” dasar Tante Tina, ngga tau orang lagi ketakutan mikirin setan apa, ya?
“Begini ni, brondong-brondongkyu yang maniez-maniez dan banyak kumiez. Tante lagi bingung ni, kok ngga ada ya, manusia yang mau sama tante. Padahal tante ini cantik dan berbulu mata lentik kaya’ jentik.”
“Aduh tante, tolong jangan sekarang deh curhatnya. Kami lagi bingung ni!” potong Kurt.
“Aduh… masih muda kok bingung sich? Curhat dong ke tante.”
“Aduh tante… plis deh jangan sekarang!”
“Eh, jangan salah, siapa tau tante bisa bantu kalian. Coba dong cerita!”
Benar juga, Tante Tina kan adalah pemilik kosan ini, siapa tau dia tau tentang setan yang menghuni kosan ini. “Eh, begini tante,” gue mulai bersuara. “Apa tante tau tentang setan yagn menghuni kosan ini?”
“Apa, setan yang menghuni kosan ini? Hahaha… kalian bisa aja dech. Ya, tentu kalian lah setannya. Siapa lagi selain kalian? Apa ada penghuni baru?” ugh… bagaimana ngejelasinnya ya?
“Jadi begini tante. Beberapa hari yang lalu, saat aku mau buang air kecil, aku mendengar ada yang mandi di kamar mandi kosan. Tadinya aku kira Kurt, tapi tiba-tiba Kurt sudah ada di belakangku bersama dengan Bejo dan Umar. Pas pintunya aku buka, ternyata kosong. Ngga ada siapa-siapa. Hanya kran air yang masih menyala!”
Tante Tina terdiam, lalu beberapa saat kemudian tertawa. “Hahaha… maafin tante ya, anak-anak! Rupanya tante lupa nutup kran ya, waktu itu?”
hah. Jadi yang waktu itu mandi Tante Tina. Tapi pas di buka kok ngga ada siapa-siapa?
“Ya iyalah. Masa aku harus jalan dulu supaya bisa keluar dari kamar mandi. Setelah selesai mandi, tante langsung menghilang dan pindah ke pohon jambu di depan kosan. Taukan? Rumah tante itu loh!”
“#@$%^&!”
SHARE

Ansari Milah Ibrahim

Hi. I’m Designer of Ansorpunya.blogspot.com. I’m graduate from Khairul Bariyyah Islamic Boarding School and Gunadarma University, Java Programmer, Pro Evolution Soccer Player, Dreamer, IELTS score Hunter, Scholarship Hunter, Writer and I am not sure who I’m actually. Just inspired to make things looks better and better.

    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar :

elang mengatakan...

mantap gan :D jadi merinding bacanya :D

Unknown mengatakan...

wah...
sangkain nih tulisan ga bermutu...
ternyata ada yg coment juga....

bukannya jayus bgt! wkwkwkwk