Kalau di dunia manusia ada organisasi internasional yang
bernama PBB, maka di dunia ghaib ada organisasi internasional yang bernama PFF.
Persatuan fampir-fampir. Sama seperti PBB, organisasi PFF juga berpusat di
Amerika. Lho kok di Amerika, bukannya fampir itu paling banyak dan pertama kali
ada di Ingris?
Memang tentang dari mana asal fampir, itu masih menjadi
kontroversi. Tapi berhubung Amerika adalah negri adidaya dan merupakan negri
yang maju, maka pendiri sekaligus ketua PFF memutuskan untuk menjadikan Amerika
sebagai markas pusat PFF. No comen! Ga ada yang boleh protes…
Dan berhubung penyebaran fampir-fampir di dunia masih
terbilang sangat terbatas, hanya ada di sekitar ruang lingkup Eropa, maka ketua
PFF Josh Hua #ini fampir
kaya’nya dari Cina, dah! Soalnya ada Hua-huanya. $ngga-ngga, itu ketua, asli Amerika kok! Lihat aja nama depannya ada
Josh-joshnya gitu, kan
mirip nama mantan presiden Amerika. Josh Bush. Mirip kan ? #n’tar,
tapi kaya’nya itu nama mirip artis Indonesia , tapi siapa, ya? mengirimkan anak buahnya ke Negara yang ngga
ada fampirnya, untuk menghisap darah manusia di sana . Karna di Indonesia banyak setan tapi
ngga ada fampirnya, jadilah gue di tugaskan di Indonesia . Huhuhu… sungguh tragis,
bukan?
Tujuan para fampir di sebar ke seluruh dunia adalah agar
darah yang kami hisap dari tiap-tiap Negara bisa diambil samplenya dan di
teliti. Dari penelitian akan di ketahui darah dari Negara mana yang paling
enak, yang paling engga enak, yang berfitamin dan yang beracun. Dari perbandingan
sample-sample yang dia ambil dari berbagai Negara tersebut, PFF dapat menemukan
obat untuk penyakit yang kini tengah menjangkit para fampir di dunia. #flu babi! Juga dapat mengkombinasikan
darah dari satu Negara dengan Negara lainnya, agar rasanya lebih blaster. Ya,
nggak? Yang belangkan jelas lebih nikmat!
Sudah tiga tahun
gue menjalankan tugas di Indonesia .
Gue kangen kampung halaman. Setiap bulan puasa ingin rasanya gue pulang ke USA , agar pas lagi Lebaran gue bisa maap-maapan
sama nyokap-bokap gue di sana ,
tapi ngga bisa! #gimana bisa? Kan bulan ramadhan setiap setan di belenggu.
Jangankan ke USA, ke Ancol aja lo ngga bakal bisa!
Gue ngga mau lama-lama di Indonesia kaya’ gini. Nanti
gue bisa ketularan dodol kaya’ temen-temen gue di sini lagi. Bisa-bisa akar
budaya Amrik yang ada dalam diri gue luntur terbasuh oleh budaya Indonesia
yang ngga punya moral. Lihat aja sekarang gaya
ngomong gue, biasanya gue kalau ngomong kata tunjuk orang pertama, selalu
menggunakan kata I. Lah sekarang… lo gue-lo gue. Belom lagi gue yang biasa
nyebut orang tua dengan panggilan Mom and Dad, berubah jadi nyokap-bokap. Ngga
banget kan ?
Jadilah sekarang gue merenung memikirkan nasib gue yang
apes ini. Mengapa bisa fampir tampan seperti gue ini nyasar di Indonesia ?
Ah… positif thingking ajalah. Setidaknya gue masih lebih beruntung bisa tamasya
ke Bali . Ke pantai bo! Tapi kan
gue bukan di Bali . Apa yang bisa di lihat di
sini? Heh… di sini hanya ada sekumpulan
setan dodol dan konyol yang ngga waras. Lihat aja sekarang si Kurt lagi ngapain
di kamar mandi, berisik bangetz. Dia lagi nyanyi lagu Simple Plan, perfec, di
dalam bath tub.
“I am sory I can be, perfec…” suara penuh penghayatan
Kurt terdengar hingga ke kuping gue. Tidak Kurt, kamu sudah sangat sempurna!
Siapa yang bilang kamu tidak bisa menjadi sempurna? You perfec! Cobalah lihat
kedua tanganmu yang indah itu. Bukankah hal itu menunjukkan betapa sempurnanya
dirimu, hihihi…
Gue masih melamun memikirkan nasib gue yang malang ini hingga akhirnya,
tit…tit… suara HP berbunyi. #suara
HP jaman jabot. Gue dapet sms. Dari
siapa, ya? Oh, langsung dari nomornya Josh Hua, ketua sekaligus pendiri PFF.
Suatu kehormatan. Gue buka sms tersebut. Dan setelah selesai membacanya gue
lompat-lompat girang.
“Kenapa sih ente, Frank? Kesambet setannya Kurt, ya? Kok
loncat-loncat gitu?” Umar bertanya polos pada gue. Ente itu diambil dari bahasa
Arab, anta, yang artinya kamu. Biasalah, namanya juga Umar… “Kalo bener ente
kesambet, biar ane ruqyah sini.” Lanjutnya. Ane itu diambil dari bahasa Arab, ana,
yang artinya saya. Mengerti? You understain?
“Hahaha… setan kok makan setan? Ngga logis toh…” jawab
gue sekenanya.
“Hah! Apa? Siapa yang makan setan? Cepat katakan Frank,
siapa yang mau makan setan?” Bejo nyamber. Ugh… dasar Bejo tulalit. Rupanya dia
ngga nyambung sama perkataan gue tadi.
Ya sudah. Kalau begini ceritanya, biarlah si Umar saja
yang menjelaskannya pada Bejo. Tuyulkan kepalanya botak tuh… nah, biasanya yang
botak-botak kan
otaknya lebih encer. “Jelaskan pada dia, Mar!” pintaku.
“Wah… kebetulan ane juga ngga tau tuh. Emang ada ya,
yang doyan makan setan? Kalau bener berarti gawat donk? Kita harus cepat-cepat
menyelamatkan diri!” Umar panik. “Cepat suruh Kurt keluar dari kamar mandi dan
menyelesaikan konsernya. Kita harus segera pindah. Jangan lupa beri tahu Tante
Tina juga.” Tidaaak… oh my God, mengapa aku harus tinggal satu kos dengan
setan-setan bego kaya’ gini? Inikah takdirmu yang tak bisa di ubah duhai Tuhanku?
Gue bingung dengan anak muda jaman sekarang, tepatnya
setan muda. Mengapa setan muda seperti
Bejo dan Umar ini begitu bodoh hingga pribahasa yang seperti itu saja tidak
tahu. Setan makan setan? Itukan bukan pribahasa yang sulit.. Ya ngga mungkinlah
Kurt ngerasukin gue!
Ah si Kurt udah
selesai konser, eh… maksud gue mandi. Lebih baik gue suruh dia aja yang jelasin ke anak-anak tulalit ini. Dari
segi musik dia lumayan majulah, siapa tahu pengetahuannya juga maju. “Kurt,
coba lo jelasin sama kedua anak ini maksud dari setan makan setan!”
“Ah, oh… setan makan setan!? No… Tolong mami… selamatkan
akyu, ada kanibal di sini! Aku tidak mau mati dulu sebelum ketemu sama Mike
Lewis.” Anjriit! Kurt malah loncat-loncat ketakutan. Gue mesem-mesem.
“Eh, Kurt. Ente kesurupan setan pocong, ya? Kok
loncat-loncat gitu?” dasar Umar dodol!
Mana ada pocong kesurupan pocong, itukan namanya…
“Masa setan makan setan, gimana sih, lo?” potong Kurt
tiba-tiba. Anjriit! Itu dia ngerti!
Berarti tadi dia ngerjain gue donk!? Eghrr… sudah cukup!
“Lansung aja! Gue tadi baru dapet sms dari PFF. Katanya
gue di suruh kembali USA
untuk membawa sample darah yang gue dapet. Lo tau artinya?”
“Tau, tau! Ente dapet sms, kan !”
Ughrrr… “Itu artinya gue bakalan pergi dari sini untuk
beberapa saat, dodol!” ujar gue gusar.
“O…” ujar mereka bertiga serentak.
Gue jelasin semuanya pada mereka. Gue jelasin kalo gue
pergi paling lama juga seminggu. Dan setelah seminggu, gue harus kembali lagi
bersama setan-setan ngga waras ini. Ugh… gue yang asli USA ini kan
seharusnya berteman dengan setan-setan asli USA juga, seperti zombie, bukan
pocong atau tuyul seperti temen-temen gue di sini.
Gue pergi pada keesokan harinya dengan menggunakan
pesawat. Lho, kok pake pesawat, kenapa ngga terbang sendiri aja? Fampir kan bisa terbang! Bisa
sih, tapi… kejauhan bego!!! Kacamata hitam sudah terpasang menutupi mata gue
yang peka terhadap sinar matahari. Setelah mengurus segala sesuatu yang di
butuhkan, gue pun siap berangkat. Ngga ada yang tau kalau gue fampir, soalnya
gue kan ngga
nunjukin taring gue. Sebenarnya bisa aja sih gue ngilang dan masuk ke pesawat
secara illegal. Tapi ngga papa lah, lagi pula buat apa memikirkan uang? Uang
bagi gue kan
memang untuk di buang-buang. #cieh,
belaga…
Sesampainya di USA
gue di suruh mendatangi sebuah gedung kosong di daerah New York . Oh New York …, sudah lama sekali gue ngga
kesana. Maka, gue pun segera menuju ke sana .
Tadinya gue mau menggunakan taksi, tapi ngga jadi. Soalnya kalo gue naik taksi,
asapnya bisa menyebabkan pencemaran udara. Jangan salah lho, fampir juga peduli
global warming. Jadilah gue terbang saja menuju New York , lebih hemat dan tidak menimbulkan
polusi. Lagipula jaraknya dekat.
Sesampainya di sana ,
gue di sambut oleh Michel Pathin, temen gue waktu di timnas sepak bola fampir.
“Oh, Franky! How are you, my friends?” tanyanya sambil menepuk pundak gue. “Oh,
Pathin! Gue fine, thanks!” ups… gue keleposan. Kelamaan di Indonesia sih.
Setelah hari menjelang malam dan gue udah puas melepas
rindu dengan teman-teman di sana ,
ketua PFF, Josh Hua, mengumpulkan para peserta rapat pada suatu ruangan. Ia
meminta para fampir dari tiap Negara menyerahkan sample darah yang telah mereka
ambil dari Negara tempat mereka bertugas, untuk di teliti lebih lanjut. Hasil
penelitian akan di umumkan satu jam lagi. Dan untuk mengisi waktu yang luang,
ketua PFF memerintahkan pada tiga fampir yang berbeda Negara tugas, untuk
menunjukkan keahlian mereka dalam menghisap darah.
Sementara tim peneliti sedang sibuk meneliti sample
darah, Josh Hua sibuk memilih-milih fampir yang akan unjuk kebolehan dalam
menghisap darah korbannya. Fampir pertama yang di tunjuk oleh Josh Hua adalah
fampir yang bertugas di Cina. Lho kok di Cina? Bukannya di Cina udah ada
fampir? Itu beda! Yang berkumpul di sini adalah fampir yang bisa terbang, bukan
yang bisa loncat. Gue jadi ingat sama Kurt kalo sedang mikirin fampir Cina. Jalannya
mirip sich, loncat-loncat gitu.
“Coba kamu tunjukkan keahlianmu dalam berburu mangsa!”
perintah Josh Hua. Maka tanpa babibu, fampir tersebut langsung melesat keluar
melalui jendela yang tak berkaca. Setelah menunggu selama sepuluh menit, fampir
itu sudah kembali. Darah segar terlihat membasahi mulutnya.
“Hebat, hebat sekali. Dalam waktu sepuluh menit kamu
mampu mendapatkan korban. Incredible. Bagai mana caranya?” Tanya Josh Hua
kagum.
“Hahaha… mudah sekali tuan. Apa tuan melihat orang
disana?” Tanya fampir yang bertugas di Cina sambil menunjuk keluar jendela.
Terlihat seorang pemuda tengah terkapar kehabisan darah.
Josh Hua mengangguk.
“Dia hanya berjalan sendirian tuanku. Sebab mataku jeli,
aku dapat dengan mudah menemukan orang yang berjalan sendirian. Begitu aku
melihatnya, langsung saja aku terkam dia dari belakang. Dia mengerang! Tapi aku
tetap meneruskan menancapkan taringku di lehernya hingga lehernya tercabik.
Begitulah ceritanya tuanku mengapa aku bisa begitu cepat dalam mencari mangsa.”
Tepuk tangan membahana di dalam gedung kosong tersebut.
Begitu meriah menyambut keberhasilan fampir yang bertugas di Cina itu. Dan
setelah fampir dari Cina tersebut kembali ke dalam barisannya, Josh Hua
menunjuk seorang fampir yang bertugas di Thailand . “You. Show your ability!”
perintah Josh Hua pada fampir yang bertugas di Thailand .
Fampir yang bertugas di Thailand mengangguk lalu maju
beberapa langkah dan setelah itu melesat melalui jendela yang sama dengan yang
di lalui fampir yang bertugas di Cina tadi. Dan hanya dalam waktu tidak lebih
dari lima
menit, fampir tersebut sudah kembali dengan darah membasahi bukan hanya di
mulutnya, tapi mengalir hingga ke lehernya.
Seluruh hadirin yang ada di situ termangu, termasuk gue.
“Menakjubkan, dalam waktu yang lebih singkat kamu dapat menghisap darah yang
lebih banyak dari fampir yang sebelumnya. Ceritakan bagaimana kamu bisa seperti
itu!” ujar Josh Hua takjub.
“Mudah saja tuanku.” Fampir dari Thailand mulai bercerita. “Apakah
tuanku melihat segerombolan orang yang ada di situ?” fampir dari Thailand
menunjuk ke arah segerombolan anak muda yang tampak sedang kebingungan mencari
salah satu teman mereka yang hilang.
Josh Hua mengangguk.
“Aku tidak perlu mencari orang yang sedang berjalan
sendirian untuk menemukan mangsaku. Aku cukup menentukan salah satu orang yang
aku incar dari segerombolan orang yang ada di depanku. Dan setelah menentukan
pilihan, aku melesat dengan kecepatan yang dahsyat dan menerkam leher mangsa
incaranku. Sekarang cobalah tuan lihat ke arang orang yang sedang terkapar itu.”
Fampir dari Thailand
menunjuk ke arah seorang pemuda yang sedang terkapar di tanah dengan tubuh
bersimbahan darah dan kepala hampir copot. “Kepala pemuda itu hampir copot
sebab aku menerkamnya dengan kecepatan
yang dahsyat.”
“Itulah mengapa aku tidak butuh waktu yang lama untuk
berburu mangsa, sebab aku bisa langsung menerkam orang yang tengah berada dalam
keramaian. Dan karna aku menerkamnya dengan kecepatan yang tinggi, darah yang
aku peroleh pun semakin banyak.”
Tepuk tangan yang lebih membahana dari yang sebelumnya
memekakkan telingaku. Josh Hua kembali menyodor-nyodorkan jari telunjuknya pada
para fampir yang ada di situ. Memilih fampir mana yang selanjutnya akan
menunjukkan kebolehannya. Di mana jari telunjuk itu berhenti, berarti itulah
fampir yang di pilih oleh Josh Hua. Dan… jari telunjuknya berhenti tepat
menunjuk ke arah gue. Oh, no… apakah gue sanggup menyaingi fampir dari Thailand
tadi?
Akhirnya gue melangkah dengan mantap meskipun dada gue
sebenarnya berdebar-debar tak karuan. Gue harus PD, ujar gue dalam hati. Setelah memberikan
hormat pada Josh Hua, gue langsung melesat menuju jendela. Tidak lebih dari
setengah menit gue udah kembali dengan tubuh yang berlumuran darah. Seluruh
hadirin yang ada di situ hanya bisa terdiam tak percaya, begitu juga degan Josh
hua. Tanpa ada yang mengkomandoi, tepuk tangan yang luar biasa meriah menyambut
kedatangan gue.
Josh Hua kagum bukan main. Di pujinya gue setulus hati,
lalu bertanya “Bagaimana mungkin kamu dapat melakukan hal sedahsyat ini?”
tanyanya kagum.
“Tidak sulit tuan. Semua fampir bisa melakukannya.”
Ruangan riuh. Namun sesaat kemudian tenang kembali untuk mendengarkan kata-kata
gue selanjutnya. “Apa tuan melihat gedung di sana ? Yang banyak orangnya!” tanyaku sambil
menunjuk sebuah bangunan besar.
Josh Hua mengangguk.
“Anda melihatnya tuan. Tapi aku tidak!” seluruh fampir
saling berpandangan. “Ya, aku tidak melihatnya. Dan oleh kerena itu saat keluar
melalui jendela, aku menabrak gedung itu dan tersungkur berlumuran darah
seperti ini. Hik hik hik… Help me!” ujar gue sambil tersungkur jatuh ke lantai.
Pingsan!
Setelah beberapa lama, gue tersadar dari pingsan. Gue
lihat sekujur tubuh gue yang tadi berlumuran dengan darah. Sungguh ajaib, tubuh gue tadi berlumuran dengan
darah, tapi sekarang… masih berlumuran darah! Sialan. Ngga ada yang mau
nolongin gue bersihin darah apa? Jahat banget!
“Kamu udah sadar, Frank?” Tanya Michael Pathin begitu
melihat gue yang udah siuman. “Lihat itu. Para
staf peneliti sample darah berhasil menemukan sebuah racun yang dapat
menimbulkan kerusakan syaraf otak pada fampir. Dan kamu tau racun tersebut di
temukan pada sample darah Negara mana?”
Gue menggeleng.
“Indonesia ,
Frank!” ujarnya ngembuat gue hampir pingsan lagi. “Pantes lo jadi oon begini,
darah yang lo konsumsi ada racunnya.” Ughrrr…… dasar Pathin sialan… gue makan
loe, ya! #hahaha, bagus frank…
jadiin pecel patin aja…
0 komentar :
Posting Komentar